Posted by: Indonesian Children | October 18, 2010

Irritable Bowel Syndrome Berkaitan dengan Alergi Makanan

Irritable Bowel Syndrome Berkaitan dengan Alergi Makanan

Irritable Bowel Syndrome Atau Sindrom Iritasi Usus : Gangguan Perut Tak Kunjung Sembuh

Sandiaz anak laki-laki usia 8 tahun orangtuanya selalu bertanya-tanya mengapa anaknya selalu serinmg buang angina bahkan kadang seringkali berbau tajam. Demikian pula saat buang air besar. Sandiaz dianggap mempersulit dirinya dengan tidak mau BAB. Kalau ditunggu atau dipaksa, makin tidak mau BAB. Berbagai dokter ahli sudah dikunjungi tetapi semua dokter menganggap Sandiaz normal. Ternyata saat mengunjungi dokter tertentu berbagai gangguan sandiaz adalah gangguan fungsi saluran cerna yang sering disebut Irritable Bowel Syndrome. Dokter tersebut menganjurkan mengatur pola makan dengan melakukan diet eliminasi provokasi makanan. Hasilnya berbagai keluhan tersebut mebaik tanpa obat. Ternyata alergi makanan berkaitan dengan gangguan Irritable Bowel Syndrome. Uniknya sang ayah juga mempunyai keluhan dan permasalahan yang sama. Sehingga saat ke dokter tersebut sang ayah sekaligus melakukan penanganan yang sama. Sayangnya untuk memastikan alergi atau hipersensitif makanan berkaitan dengan IBS bukan dengan tes alergi tetapi dengan diagnosis klinis eliminasi provokasi. Hal inilah yang membuat kontroversi alergi dan IBS masih tinggi. Karena, saat dilakukan tes alergi makanan sering negatif, padahal tes alergi makanan negatif belum tentu bukan alergi makanan.

Irritable Bowel Syndrome

Irritable bowel syndrome (IBS) adalah satu dari penyakit-penyakit usus yang paling umum dan mempengaruhi suatu perkiraan dari 15% orang-orang di Amerika. Istilah, lain  untuk IBS adalah spastic colon, spastic colitis, dan mucous colitis.

Ketika IBS adalah suatu penyakit fungsional utama, adalah penting untuk menyebutkan suatu penyakit fungsional utama kedua dirujuk sebagai dyspepsia, atau dyspepsia fungsional. Gejala-gejala dari dyspepsia diperkirakan berasal dari saluran pencernaan bagian atas; kerongkongan, lambung, dan bagian pertama dari usus kecil. Gejala-gejala termasuk ketidakenakan perut bagian atas, perut kembung (perasaan subyektif dari kepenuhan perut tanpa penggelembungan yang obyektif), atau penggelembungan yang obyektif (pembengkakan atau pembesaran). Gejala-gejala mungkin atau mungkin tidak berhubungan dengan makanan-makanan. Mungkin ada mual dengan atau tanpa muntah dan cepat kenyang (suatu perasaan kekenyangan setelah makan hanya sejumlah kecil makanan).

TANDA DAN GEJALA

Irritable Bowel Syndrome adalah salah satu gangguan pada sistem pencernaan yang ditandai dengan perubahan kebiasaan BAB, nyeri perut, dan tidak ditemukan adanya organism penyebab kelainan tersebut. Sindrom ini merupakan sindrom yang paling banyak ditemukan dari seluruh penyakit saluran pencernaan dalam sehari-hari. IBS dapat digolongkan menurut gejala paling dominan, yakni IBS- A (nyeri perut merupakan gejala yang paling dominan), IBS-C ( konstipasi merupakan gejala yang paling dominan), dan IBS-D (diare merupakan gejala yang paling dominan).

Iritable Bowel Syndrome selalu diderita pertama kali sebelum umur 30 tahun, bahkan anak-anak dan remajapun sering mengalaminya. Perbandingan wanita menderita sindrom ini 2x lebih banyak daripada pria. Gejala utama dari IBS adalah nyeri atau rasa tidak enak di bagian perut disertai dengan diare yang berkala atau konstipasi. Beberapa gejala lain yang sering dialami penderita IBS adalah : kembung, nyeri bertambah hebat sewaktu-waktu, peningkatan frekuensi BAB dan seringkali terasa sakit saat BAB, adanya lendir pada tinja, perasaan tidak tuntas BAB.

Ada satu kriteria yang dapat digunakan untuk mengatakan gejala yang diderita seseorang sebagai sindrom ini, yakni Rome criteria. Kriteria tersebut adalah : mengalami nyeri atau rasa tidak enak di bagian perut paling sedikit 3 hari dalam sebulan selama 3 bulan terakhir disertai dengan dua atau lebih gejala berikut :

  • Perubahan kebiasaan BAB (diare atau konstipasi)
  • Adanya perubahan dalam frekuensi tinja.
  • Adanya perubahan dalam konsistensi tinja.

Penyebab IBS

Sampai sekarang, penyebab IBS masih belum diketahui, namun ada beberapa hipotesis yang mencoba menjelaskannya. Berbagai laporan ilmiah menyebutkan bahwa IBS berkaitan dengan alergi makanan atau hipersensitif makanan.

Mendiagnosis IBS

The Rome II Criteria

Gejala-gejala dari IBS adalah beragam dan tidak konsisten diantara pasien-pasien. Lebih dari itu, tidak ada tes-tes abnormal yang secara karakteristik dapat digunakan untu mendiagnosis IBS. Semua ini telah membuatnya menjadi sulit untuk menetapkan IBS dan mengidentifikasi pasien-pasien, terutama untuk studi-studi penelitian. Pada tahun 1999, suatu grup dari penyelidik-penyelidik internasional bertemu di Rome untuk kedua kalinya (Rome II). Disana, mereka mengembangkan suatu set dari kriteria untuk gejala-gejala yang digunakan untuk mendiagnosis IBS.

Kriteria Rome II menyatakan bahwa dalam rangka untuk terdiagnosis dengan IBS, seorang pasien harus telah menderita nyeri perut atau ketidaknyamanan untuk 12 minggu atau lebih (tidak perlu harus minggu yang berurutan) dalam 12 bulan sebelumnya. Nyeri atau ketidaknyamanan harus mempunyai dua dari tiga ciri-ciri berikut:

  • Pembebasan dengan pembuangan air besar
  • Serangan yang berhubungan dengan suatu perubahan dalam frekwensi feces
  • Serangan yang berhubungan dengan suatu perubahan dalam bentuk dari feces

Gejala-gejala lain yang tidak penting, namun mendukung suatu diagnosis dari IBS, adalah: (1) frekwensi abnormal dari feces-feces (lebih dari 3/per hari atau kurang dari 3/per minggu); (2) bentuk feces yang abnormal (bergumpal-gumpal dan keras, atau lepas dan berair); (3) pengeluaran feces yang abnormal (ngeden, kebelet, atau perasaan-perasaan belum bersih buang air besarnya); (4) pengeluaran lendir; dan (5) kembung (merasakan penggelembungan perut, atau pembesaran).

Kriteria Rome II adalah agak spesifik untuk suatu diagnosis dari IBS. Pada intinya, mereka memerlukan kehadiran dari nyeri perut berkepanjangan atau ketidaknyamanan yang pada beberapa cara berhubungan dengan suatu perubahan dalam pola pembuangan air besar. Gejala-gejala dari dyspepsia (mual atau ketidaknyamanan perut setelah makan-makan), penggelembungan perut, dan kentut yang meningkat sendirian tidak jatuh didalam definisi ini. Meskipun demikian, banyak pasien-pasien mempunyai gejala-gejala ini bersama-sama dengan gejala-gejala dari IBS. Adalah tidak jelas apakah pasien-pasien ini mempunyai satu persoalan (IBS) atau lebih dari satu persoalan.

Eksklusi (Pengeluaran) dari Penyakit Pencernaan Non-Fungsional

Screening tes-tes darah yang rutin seringkali dilaksanakan untuk mencari petunjuk-petunjuk pada penyait-penyakit yang tidak dicurigai. Pemeriksaan-pemeriksaan dari feces juga adalah suatu bagian dari evaluasi karena mereka mungkin mengungkap infeksi, tanda-tanda dari peradangan, atau darah dan mengarahkan pengujian diagnostik lebih lanjut. Pengujian feces yang sensitif (antigen/antibody) untuk Giardia lamblia akan menjadi layak karena infeksi parasitik ini adalah umum dan dapat menjadi akut atau kronis. Beberapa dokter-dokter melakukan pengujian darah untuk penyakit celiac (sprue), namun nilai dari melakukan ini adalah tidak jelas. Lebih dari itu, jika suatu EGD direncanakan, biopsi-biopsi dari usus dua belas jari (duodenum) biasanya akan membuat diagnosis dari penyakit celiac. Keduanya x-rays dan endoscopies dapat mengidentifikasi penyakit-penyakit anatomik. Hanya endoscopies, bagaimanapun, dapat mendiagnosis penyakit-penyakit histologik karena biopsi-biopsi dapat diambil sewaktu prosedurnya. Tes-tes x-ray termasuk:

  • Esophagram dan video-fluoroscopic swallowing study untuk menguji kerongkongan
  • Rentetan pencernaan bagian atas untuk menguji lambung dan duodenum
  • Rentetan usus kecil untuk menguji usus kecil
  • Barium enema untuk menguji usus besar dan terminal ileum.

Tes-tes endoskopi termasuk:

  • Upper gastrointestinal endoscopy (esophago-gastro-duodenoscopy, atau EGD) untuk menguji kerongkongan, lambung, dan duodenum (usus dua belas jari)
  • Colonoscopy untuk menguji usus besar (kolon) dan terminal ileum
  • Endoscopy juga tersedia untuk menguji usus kecil, namun tipe dari endoskopi ini adalah kompleks, tidak tersedia secara luas, dan nilai yang tidak terbukti dalam IBS yang dicurigai.

Amati Tanda dan gejala gangguan saluran cerna yang lain karena alergi dan hipersensitif makanan (Gastrointestinal Hipersensitivity)

(Gejala Gangguan Fungsi saluran cerna yang ada selama ini sering dianggap normal)

  • Pada Bayi  : GASTROOESEPHAGEAL REFLUKS ATAU GER, Sering MUNTAH/gumoh, kembung,“cegukan”, buang angin keras dan sering, sering rewel gelisah (kolik) terutama malam hari, BAB > 3 kali perhari, BAB tidak tiap hari. Feses warna hijau,hitam dan berbau.  Sering “ngeden & beresiko Hernia Umbilikalis (pusar), Scrotalis, inguinalis. Air liur berlebihan. Lidah/mulut sering timbul putih, bibir kering
  • Pada anak yang lebih besar dan dewasa
  1. Mudah MUNTAH bila menangis, berlari atau makan banyak. MUAL pagi hari.
  2. Sering Buang Air Besar (BAB)  3 kali/hari atau lebih, sulit BAB sering ngeden kesakitan saat BAB (obstipasi). Kotoran bulat kecil hitam seperti kotoran kambing, keras, warna hitam, hijau dan bau tajam. sering buang angin, berak di celana. Sering KEMBUNG, sering buang angin dan bau tajam. Sering NYERI PERUT, tidur malam nungging (biasanya karena perut tidak nyaman)
  3. Nyeri gigi, gigi berwarna kuning kecoklatan, gigi rusak, gusi mudah bengkak/berdarah. Bibir kering dan mudah berdarah, sering SARIAWAN, lidah putih & berpulau, mulut berbau, air liur berlebihan.
MANIFESTASI KLINIS YANG SERING MENYERTAI ALERGI DAN HIPERSENSITIFITAS MAKANAN PADA BAYI :
  • KULIT : sering timbul bintik kemerahan terutama di pipi, telinga dan daerah yang tertutup popok. Kerak di daerah rambut. Timbul bekas hitam seperti tergigit nyamuk. Kotoran telinga berlebihan & berbau. Bekas suntikan BCG bengkak dan bernanah. Timbul bisul.
  • SALURAN NAPAS : Napas grok-grok, kadang disertai batuk ringan. Sesak pada bayi baru lahir disertai kelenjar thimus membesar (TRDN/TTNB)
  • HIDUNG : Bersin, hidung berbunyi, kotoran hidung banyak, kepala sering miring ke salah satu sisi karena salah satu sisi hidung buntu, sehingga beresiko ”KEPALA PEYANG”.
  • MATA : Mata berair atau timbul kotoran mata (belekan) salah satu sisi.
  • KELENJAR : Pembesaran kelenjar di leher dan kepala belakang bawah.
  • PEMBULUH DARAH :  telapak tangan dan kaki seperti pucat, sering terba dingin
  • GANGGUAN HORMONAL : keputihan/keluar darah dari vagina, timbul bintil merah bernanah, pembesaran payudara, rambut rontok.
  • PERSARAFAN : Mudah kaget bila ada suara keras. Saat menangis : tangan, kaki dan bibir sering gemetar atau napas tertahan/berhenti sesaat (breath holding spells)
  • PROBLEM MINUM ASI : minum berlebihan, berat berlebihan krn bayi sering menangis dianggap haus (haus palsu : sering menangis belum tentu karena haus atau bukan karena ASI kurang.). Sering menggigit puting sehingga luka. Minum ASI sering tersedak, karena hidung buntu & napas dengan mulut. Minum ASI lebih sebentar pada satu sisi,`karena satu sisi hidung buntu, jangka panjang bisa berakibat payudara besar sebelah.
 
MANIFESTASI KLINIS YANG SERING MENYERTAI ALERGI DAN HIPERSENSITIFITAS MAKANAN PADA ANAK DAN DEWASA
  • SALURAN NAPAS DAN HIDUNG : Batuk / pilek lama (>2 minggu), ASMA, bersin, hidung buntu, terutama malam dan pagi hari. MIMISAN, suara serak, SINUSITIS, sering menarik napas dalam.
  • KULIT : Kulit timbul BISUL, kemerahan, bercak putih dan bekas hitam seperti tergigit nyamuk. Warna putih pada kulit seperti ”panu”. Sering menggosok mata, hidung, telinga, sering menarik atau memegang alat kelamin karena gatal. Kotoran telinga berlebihan, sedikit berbau, sakit telinga bila ditekan (otitis eksterna).
  • SALURAN CERNA : Mudah MUNTAH bila menangis, berlari atau makan banyak. MUAL pagi hari. Sering Buang Air Besar (BAB)  3 kali/hari atau lebih, sulit BAB (obstipasi), kotoran bulat kecil hitam seperti kotoran kambing, keras, sering buang angin, berak di celana. Sering KEMBUNG, sering buang angin dan bau tajam. Sering NYERI PERUT.
  • GIGI DAN MULUT : Nyeri gigi, gigi berwarna kuning kecoklatan, gigi rusak, gusi mudah bengkak/berdarah. Bibir kering dan mudah berdarah, sering SARIAWAN, lidah putih & berpulau, mulut berbau, air liur berlebihan.
  • PEMBULUH DARAH Vaskulitis (pembuluh darah kecil pecah) : sering LEBAM KEBIRUAN pada tulang kering kaki atau pipi atas seperti bekas terbentur. Berdebar-debar, mudah pingsan, tekanan darah rendah.
  • OTOT DAN TULANG : nyeri kaki atau kadang  tangan, sering minta dipijat terutama saat malam hari. Kadang nyeri dada
  • SALURAN KENCING : Sering minta kencing, BED WETTING (semalam  ngompol 2-3 kali)
  • MATA : Mata gatal, timbul bintil di kelopak mata (hordeolum). Kulit hitam di area bawah kelopak mata. memakai kaca mata (silindris) sejak usia 6-12 tahun.
  • HORMONAL : rambut berlebihan di kaki atau tangan, keputihan, gangguan pertumbuhan tinggi badan.
  • Kepala,telapak kaki/tangan sering teraba hangat. Berkeringat berlebihan meski dingin (malam/ac). Keringat  berbau.
  • FATIQUE :  mudah lelah, sering minta gendong
 
GANGGUAN PERILAKU YANG SERING MENYERTAI PENDERITA ALERGI DAN HIPERSENSITIFITAS MAKANAN PADA ANAK DAN DEWASA
  • SUSUNAN SARAF PUSAT : sakit kepala, MIGRAIN, TICS (gerakan mata sering berkedip), , KEJANG NONSPESIFIK (kejang tanpa demam & EEG normal).
  • GERAKAN MOTORIK BERLEBIHAN Mata bayi sering melihat ke atas. Tangan dan kaki bergerak terus tidak bisa dibedong/diselimuti. Senang posisi berdiri bila digendong, sering minta turun atau sering menggerakkan kepala ke belakang, membentur benturkan kepala. Sering bergulung-gulung di kasur, menjatuhkan badan di kasur (“smackdown”}. ”Tomboy” pada anak perempuan : main bola, memanjat dll.
  • AGRESIF MENINGKAT sering memukul kepala sendiri, orang lain. Sering menggigit, menjilat, mencubit, menjambak (spt “gemes”)
  • GANGGUAN KONSENTRASI: cepat bosan sesuatu aktifitas kecuali menonton televisi,main game, baca komik, belajar. Mengerjakan sesuatu  tidak bisa lama, tidak teliti, sering kehilangan barang, tidak mau antri, pelupa, suka “bengong”, TAPI ANAK TAMPAK CERDAS
  • EMOSI TINGGI (mudah marah, sering berteriak /mengamuk/tantrum), keras kepala, negatifisme
  • GANGGUAN KESEIMBANGAN KOORDINASI DAN MOTORIK : Terlambat bolak-balik, duduk, merangkak dan berjalan. Jalan terburu-buru, mudah terjatuh/ menabrak, duduk leter ”W”. 
  • GANGGUAN SENSORIS : sensitif terhadap suara (frekuensi tinggi) , cahaya (mudah silau), perabaan telapak kaki dan tangan sensitif  (jalan jinjit, flat foot, mudah geli, mudah jijik, tidak suka memegang bulu, boneka dan bianatang berbulu)
  • GANGGUAN ORAL MOTOR : TERLAMBAT BICARA, bicara terburu-buru, cadel, gagap. GANGGUAN MENELAN DAN MENGUNYAH, tidak bisa  makan makanan berserat (daging sapi, sayur, nasi) Disertai keterlambatan pertumbuhan gigi.
  • IMPULSIF : banyak bicara,tertawa berlebihan, sering memotong pembicaraan orang lain
  • AUTIS dan ADHD (Alergi dan hipersensititas makanan bukan penyebab Autis atau ADHD tetapi hanya memperberat gejalanya)
KOMPLIKASI  SERING MENYERTAI ALERGI DAN HIPERSENSITIFITAS MAKANAN
  • Daya tahan menurun sering sakit demam, batuk, pilek setiap bulan bahkan sebulan 2 kali. (normal sakit seharusnya 2-3 bulan sekali)
  • Karena sering sakit berakibat Tonsilitis kronis (AMANDEL MEMBESAR) hindari operasi amandel yang tidak perlu  atau mengalami Infeksi Telinga
  • Waspadai dan hindari efek samping PEMAKAIAN OBAT TERLALU SERING. 
  • Mudah mengalami INFEKSI SALURAN KENCING.  Kulit di sekitar kelamin sering kemerahan 
  • SERING TERJADI OVERDIAGNOSIS TBC  (MINUM OBAT JANGKA PANJANG PADAHAL BELUM TENTU MENDERITA TBC / ”FLEK ”)  KARENA GEJALA ALERGI MIRIP PENYAKIT TBC. BATUK LAMA BUKAN GEJALA TBC PADA ANAK BILA DIAGNOSIS TBC MERAGUKAN SEBAIKNYA ”SECOND OPINION” DENGAN DOKTER LAINNYA  
  • MAKAN BERLEBIHAN KEGEMUKAN atau OBESITAS
  • INFEKSI JAMUR (HIPERSENSITIF CANDIDIASIS) di lidah, selangkangan, di leher, perut atau dada, KEPUTIHAN
 
Bila tanda dan gejala  Irritable Bowel Syndrome tersebut disertai beberapa tanda, gejala atau komplikasi alergi dan hipersensitifitas makanan  maka sangat mungkin Irritable Bowel Syndrome disebabkan karena alergi atau hipersenitifitas makanan.
Penyebab lain yang memperberat  Irritable Bowel Syndrome adalah saat anak terkena infeksi seperti demam, batuk, pilek atau muntah dan infeksi lainnya 
  
Memastikan Diagnosis
  • Diagnosis Irritable Bowel Syndrome yang disebabkan  alergi atau hipersensitif makanan dibuat bukan dengan tes alergi tetapi berdasarkan diagnosis klinis, yaitu anamnesa (mengetahui riwayat penyakit penderita) dan pemeriksaan yang cermat tentang riwayat keluarga, riwayat pemberian makanan, tanda dan gejala alergi makanan sejak bayi dan dengan eliminasi dan provokasi.
  • Untuk memastikan makanan penyebab alergi dan hipersensitifitas makanan harus menggunakan Provokasi makanan secara buta (Double Blind Placebo Control Food Chalenge = DBPCFC). DBPCFC adalah gold standard atau baku emas untuk mencari penyebab secara pasti alergi makanan. Cara DBPCFC tersebut sangat rumit dan membutuhkan waktu, tidak praktis dan biaya yang tidak sedikit.
  • Beberapa pusat layanan alergi anak melakukan modifikasi terhadap cara itu. Children Allergy clinic Jakarta melakukan modifikasi dengan cara yang lebih sederhana, murah dan cukup efektif. Modifikasi DBPCFC tersebut dengan melakukan “Eliminasi Provokasi Makanan Terbuka Sederhana”. Bila setelah dilakukan eliminasi beberapa penyebab alergi makanan selama 3 minggu didapatkan perbaikan dalam gangguan muntah tersebut, maka dapat dipastikan penyebabnya adalah alergi makanan.
  • Pemeriksaan standar yang dipakai oleh para ahli alergi untuk mengetahui penyebab alergi adalah dengan tes kulit. Tes kulit ini bisa terdari tes gores, tes tusuk atau tes suntik. PEMERIKSAAN INI HANYA MEMASTIKAN ADANYA ALERGI ATAU TIDAK, BUKAN UNTUK MEMASTIKAN PENYEBAB ALERGI. Pemeriksaan ini mempunyai sensitifitas yang cukup baik, tetapi sayangnya spesifitasnya rendah. Sehingga seringkali terdapat false negatif, artinya hasil negatif belum tentu bukan penyebab alergi. Karena hal inilah maka sebaiknya tidak membolehkan makan makanan penyebab alergi hanya berdasarkan tes kulit ini.  
  • Dalam waktu terakhir ini sering dipakai alat diagnosis yang masih sangat kontroversial atau ”unproven diagnosis”. Terdapat berbagai pemeriksaan dan tes untuk mengetahui penyebab alergi dengan akurasi yang sangat bervariasi. Secara ilmiah pemeriksaan ini masih tidak terbukti baik sebagai alat diagnosis. Pada umumnya pemeriksaan tersebut mempunyai spesifitas dan sensitifitas yang sangat rendah. Bahkan beberapa organisasi profesi alergi dunia tidak merekomendasikan penggunaan alat tersebut. Yang menjadi perhatian oraganisasi profesi tersebut bukan hanya karena masalah mahalnya harga alat diagnostik tersebut tetapi ternyata juga sering menyesatkan penderita alergi yang sering memperberat permasalahan alergi yang ada
  • Namun pemeriksaan ini masih banyak dipakai oleh praktisi kesehatan atau dokter. Di bidang kedokteran pemeriksaan tersebut belum terbukti secara klinis sebagai alat diagnosis karena sensitifitas dan spesifitasnya tidak terlalu baik. Beberapa pemeriksaan diagnosis yang kontroversial tersebut adalah Applied Kinesiology, VEGA Testing (Electrodermal Test, BIORESONANSI), Hair Analysis Testing in Allergy, Auriculo-cardiac reflex, Provocation-Neutralisation Tests, Nampudripad’s Allergy Elimination Technique (NAET), Beware of anecdotal and unsubstantiated allergy tests.

 PENATALAKSANAAN 

  • Penanganan Irritable Bowel Syndrome  karena alergi dan hipersensitifitas makanan pada anak haruslah dilakukan secara benar, paripurna dan berkesinambungan. Pemberian obat terus menerus bukanlah jalan terbaik dalam penanganan gangguan tersebut tetapi yang paling ideal adalah menghindari penyebab yang bisa menimbulkan keluhan alergi tersebut.    
  • Penghindaran makanan penyebab alergi pada anak harus dicermati secara benar, karena beresiko untuk terjadi gangguan gizi. Sehingga orang tua penderita harus diberitahu tentang makanan pengganti yang tak kalah kandungan gizinya dibandingklan dengan makanan penyebab alergi. Penghindaran terhadap susu sapi dapat diganti dengan susu soya, formula hidrolisat kasein atau hidrolisat whey., meskipun anak alergi terhadap susu sapi 30% diantaranya alergi terhadap susu soya. Sayur dapat dipakai sebagai pengganti buah. Tahu, tempe, daging sapi atau daging kambing dapat dipakai sebagai pengganti telur, ayam atau ikan. Pemberian makanan jadi atau di rumah makan harus dibiasakan mengetahui kandungan isi makanan atau membaca label makanan.  
  • Obat-obatan simtomatis seperti pencahar, anti histamine (AH1 dan AH2), ketotifen, ketotofen, kortikosteroid, serta inhibitor sintesaseprostaglandin hanya dapat mengurangi gejala sementara bahkan dlamkeadaan tertentu seringkali tidak bermanfaat, umumnya mempunyai efisiensi rendah. Sedangkan penggunaan imunoterapi dan natrium kromogilat peroral masih menjadi kontroversi hingga sekarang.
  •  Terapi Obat
  1. Pada tahun 2002, FDA menyetujui tegaserod (Zelnorm), obat pertama yang khas untuk perawatan dari nyeri perut dan sembelit pada wanita-wanita dengan IBS.
  2. Suatu obat yang serupa tegaserod, disebut cisapride atau Propulsid
  3. Obat yang paling luas dipelajari untuk perawatan diare pada IBS adalah loperamide (Imodium).
  4. Alosetron , seperti tegaserod, mempengaruhi reseptor-reseptor serotonin. Alosetron, dengan menghalangi reseptor-reseptor 5-HT3, mencegah serotonin dari pengikatan dan dengan demikian mencegah kontraksi-kontraksi.
  5. Obat-obat yang paling luas dipelajari untuk perawatan nyeri perut adalah suatu kelompok dari obat-obat yang disebut smooth-muscle relaxants. Smooth muscle relaxants yang umum digunakan adalah hyoscyamine (contoh, Levsin) dan methscopolamine (contoh, Pamine). Obat-obat lain menggabungkan smooth muscle relaxants dengan suatu obat penenang (contoh, Donnatal), namun tidak ada bukti bahwa tambahan dari obat-obat penenang menambah pada keefektifan dari perawatan.
  • Obat-obat psikotropik yang umum digunakan termasuk tricyclic antidepressants, amitriptyline (Elavil), desipramine (Norpramine), dan trimipramine (Surmontil). Meskipun studi-studi membesarkan hati, masih belum jelas apakah kelompok-kelompok yang lebih baru dari antidepressants, serotonin-reuptake inhibitors, seperti fluoxetine (Prozac), sertraline (Zoloft), dan paroxetine (Paxil) adalah efektif
  •  
  • Pengobatan Irritable Bowel Syndrome karena alergi dan hipersensitifitas makanan yang baik adalah dengan menanggulangi penyebabnya. Bila gangguan sulit makan yang dialami disebabkan karena gangguan alergi dan hipersensitifitas makanan, penanganan terbaik adalah menunda atau menghindari makanan sebagai penyebab tersebut.    
  • Konsumsi obat-obatan saluran cerna atau pencahar, pola makan serat, buah dan air putih banyak, terapi tradisional ataupun beberapa cara dan strategi untuk menangani Irritable Bowel Syndrome tidak akan berhasil selama penyebab utama  alergi dan hipersensitifitas makanan tidak diperbaiki.

Daftar Pustaka

  • Uz E, Türkay C, Aytac S, Bavbek N. Risk factors for irritable bowel syndrome in Turkish population: role of food allergy.J Clin Gastroenterol. 2007 Apr;41(4):380-3.
  • Zar S, Kumar D, Benson MJ. Food hypersensitivity and irritable bowel syndrome. Aliment Pharmacol Ther. 2001 Apr;15(4):439-49.
  • Kalliomäki MA. Food allergy and irritable bowel syndrome. Curr Opin Gastroenterol. 2005 Nov;21(6):708-11.
  • Zuo XL, Li YQ, Li WJ, Guo YT, Lu XF, Li JM, Desmond PV. Alterations of food antigen-specific serum immunoglobulins G and E antibodies in patients with irritable bowel syndrome and functional dyspepsia. Clin Exp Allergy. 2007 Jun;37(6):823-30.
  • Yang CM, Li YQ. [The therapeutic effects of eliminating allergic foods according to food-specific IgG antibodies in irritable bowel syndrome] Zhonghua Nei Ke Za Zhi. 2007 Aug;46(8):641-3.
  • Carroccio A, Brusca I, Mansueto P, Pirrone G, Barrale M, Di Prima L, Ambrosiano G, Iacono G, Lospalluti ML, La Chiusa SM, Di Fede G. A cytologic assay for diagnosis of food hypersensitivity in patients with irritable bowel syndrome. Clin Gastroenterol Hepatol. 2010 Mar;8(3):254-60. Epub 2009 Nov 22.
  • Floch MH. Annatto, diet, and the irritable bowel syndrome.J Clin Gastroenterol. 2009 Nov-Dec;43(10):905-6. No abstract available.
  • Hausmann R. [Food allergies and irritable bowel syndrome. Evaluating the causes] MMW Fortschr Med. 2009 Jun 4;151(23):18. German. No abstract available.
  • Tobin MC, Keshavazian A, Farhardi A. Atopic irritable bowel syndrome: same old hat or anew entity? Expert Rev Gastroenterol Hepatol. 2008 Aug;2(4):457-9. No abstract available.
  • Lidén M, Kristjánsson G, Valtysdottir S, Venge P, Hällgren R. Cow’s milk protein sensitivity assessed by the mucosal patch technique is related to irritable bowel syndrome in patients with primary Sjögren’s syndrome. Clin Exp Allergy. 2008 Jun;38(6):929-35.
  • Park MI, Camilleri M. Is there a role of food allergy in irritable bowel syndrome and functional dyspepsia? A systematic review. Neurogastroenterol Motil. 2006;18:595–607. [PubMed]
  • Bahna SL. Cow’s milk allergy versus cow milk intolerance. Ann Allergy Asthma Immunol. 2002;89(Suppl. 1):56–60. [PubMed]
  • Sampson HA. Update on food allergy. J Allergy Clin Immunol. 2004;113:805–19. quiz 20. [PubMed]
  • Fiocchi A, Bouygue GR, Restani P, Bonvini G, Startari R, Terracciano L. Accuracy of skin prick tests in IgE-mediated adverse reactions to bovine proteins. Ann Allergy Asthma Immunol. 2002;89(Suppl. 1):26–32. [PubMed]
  • Bischoff S, Crowe SE. Gastrointestinal food allergy: new insights into pathophysiology and clinical perspectives. Gastroenterology. 2005;128:1089–113. [PubMed]
  • Kokkonen J, Haapalahti M, Laurila K, Karttunen TJ, Maki M. Cow’s milk protein-sensitive enteropathy at school age. J Pediatr. 2001;139:797–803. [PubMed]
  • Savilahti E. Food-induced malabsorption syndromes. J Pediatr Gastroenterol Nutr. 2000;30(Suppl.):S61–6. [PubMed]
  • Faulkner-Hogg KB, Selby WS, Loblay RH. Dietary analysis in symptomatic patients with coeliac disease on a gluten-free diet: the role of trace amounts of gluten and non-gluten food intolerances. Scand J Gastroenterol. 1999;34:784–9. [PubMed]
  • Schuppan D. Current concepts of celiac disease pathogenesis. Gastroenterology. 2000;119:234–42. [PubMed]
  • Maiuri L, Ciacci C, Ricciardelli I, et al. Association between innate response to gliadin and activation of pathogenic T cells in coeliac disease. Lancet. 2003;362:30–7. [PubMed
  • Whorwell PJ. The growing case for an immunological component to irritable bowel syndrome. Clin Exp Allergy. 2007 Jun;37(6):805-7. No abstract available
  • Zar S, Kumar D, Kumar D. Role of food hypersensitivity in irritable bowel syndrome. Minerva Med. 2002 Oct;93(5):403-12.
  • Iacono G, Cavataio F, Montalto G, et al. Intolerance of cow’s milk and chronic constipation in children. N Engl J Med.1998; 339 :1100 –1104[Abstract/Free Full Text]
  • Bloom DA. Allergic colitis: a mimic of Hirschsprung disease. Pediatr Radiol.1999; 29 :37 –41[CrossRef][Web of Science][Medline]
  • Chin KC, Tarlow MJ, Allfree AJ. Allergy to cow’s milk presenting as chronic constipation. BMJ.1983; 287 :1593
  • Daher S, Sole D, de Morais MB. Cow’s milk and chronic constipation in children. N Engl J Med.1999; 340 :891[Free Full Text]
  • Iacono G, Carroccio A, Cavataio F, et al. Chronic constipation as a symptom of cow milk allergy. J Pediatr.1995; 126 :34 –39[CrossRef][Web of Science][Medline]
  • Shah N, Lindley K, Milla P. Cow’s milk and chronic constipation in children. N Engl J Med.1999; 340 :891 –892
  • Vanderhoof JA, Perry D, Hanner TL, Young RJ. Allergic constipation: association with infantile milk allergy. Clin Pediatr (Phila).2001; 40 :399 –402
  • Iacono G, Carroccio A, Cavataio F, Montalto G, Cantarero MD, Notarbartolo A. Chronic constipation as a symptom of cow milk allergy. J Pediatr.1995; 126 :34 –39
  • Iacono G, Cavataio F, Montalto G, et al. Intolerance of cow’s milk and chronic constipation in children. N Engl J Med.1998; 339 :1100 –1104
  • Daher S, Tahan S, Sole D, et al. Cow’s milk protein intolerance and chronic constipation in children. Pediatr Allergy Immunol.2001; 12 :339 –342
  • Terr AI, Salvaggio JE. Controversial concepts in allergy and clinical immunology. In: Bierman CW, Pearlman DS, Shapiro GG, Busse WW, eds. Allergy, Asthma, and Immunology From Infancy to Adulthood. Philadelphia, PA: WB Saunders; 1996:749–760
  • Zeiger RS, Sampson HA, Bock SA, et al. Soy allergy in infants and children with IgE-associated cow’s milk allergy. J Pediatr.1999; 134 :614 –622
  • Bellioni-Businco B, Paganelli R, Lucenti P, Giampietro PG, Perborn H, Businco L. Allergenicity of goat’s milk in children with cow’s milk allergy. J Allergy Clin Immunol.1999; 103 :1191 –1194
  • Sampson HA, Anderson JA. Summary and recommendations: classification of gastrointestinal manifestations due to immunologic reactions to foods in infants and young children. J Pediatr Gastroenterol Nutr.2000; 30 :S87 –S94
  • Sampson HA, Sicherer SH, Birnbaum AH. AGA technical review on the evaluation of food allergy in gastrointestinal disorders. Gastroenterology.2001; 120 :1026 –1040.

Supported by

Clinic For Children Yudhasmara Foundation http://childrenclinic.wordpress.com/CHILDREN ALLERGY CLINIC https://childrenallergyclinic.wordpress.com/ 
PICKY EATERS CLINIC (KLINIK KESULITAN MAKAN) http://mypickyeaters.wordpress.com/ 
JL Taman Bendungan Asahan 5 Bendungan Hilir Jakarta Pusat Phone :62 (021) 70081995 – 5703646   

Clinical and Editor in Chief : Dr Widodo Judarwanto SpA, pediatrician

email : judarwanto@gmail.com,

 

 

 

 

 

                                                                                                            

Information on this web site is provided for informational purposes only and is not a substitute for professional medical advice. You should not use the information on this web site for diagnosing or treating a medical or health condition. You should carefully read all product packaging. If you have or suspect you have a medical problem, promptly contact your professional healthcare provider. 

Copyright © 2010, Clinic For Children Information Education Network. All rights reserved


Responses

  1. […] Irritable Bowel Syndrome Berkaitan dengan Alergi Makanan […]

  2. […] Irritable Bowel Syndrome Berkaitan dengan Alergi Makanan […]

  3. […] Kenali dan Cermati Irritable Bowel Syndrome (Gangguan Pencernaan Jangka Panjang) Berkaitan dengan Al… […]

  4. […] Kenali dan Cermati Irritable Bowel Syndrome (Gangguan Pencernaan Jangka Panjang) Berkaitan dengan Al… […]


Leave a comment

Categories