Posted by: Indonesian Children | September 9, 2009

Penderita Alergi Mudah tertular Infeksi, Karena Daya Tahan Tubuhnya menurun

DAYA TAHAN TUBUH MENURUN PADA PENDERITA ALERGI

 SERING MENGALAMI INFEKSI BATUK PILEK BERULANG 

Widodo Judarwanto  

Orang tua si Amat sangat kawatir, sejak usia 6 bulan hingga 3 tahun hampir tiap bulan selalu ke dokter karena sakit. Keluhan yang sering dialami adalah batuk, pilek dan panas. Kekawatiran orangtua beralasan karena anak tersebut sudah terlalu sering minum obat apalagi antibiotika adalah konsumsi rutin setiap sakit. Bahkan karena seringkali sakit dan kenaikkan berat badan juga terganggu penderita akhirnya didiagnosis dan diobati sebagi TBC. Padahal setelah dikonfirmasi ulang pemeriksaan lengkap diagnosis tersebut tidak terbukti. Seringkali gejala infeksi saluran napas berulang dengan gejala batuk, pilek tyersebut dianggap sebagai alergi.

LATAR BELAKANG

  • Akibat yang sering terjadi pada penderita alergi adalah seringkali mengalami keluhan batuk, pilek dan demam. Seringkali yang lebih utama keadaan batuk pilek yang diderita sebenarnya bukan gejala langsung alerginya tetapi akibat daya tahan tubuh menurun sehingga sering terjadi infeksi saluran napas berulang.
  • Infeksi berulang inilah yang seringkali dianggap sebagai gejala alergi. Karena memang seringkali penderita bahkan dalam keadaan tertentu dokter sulit membedakan alergi atau infeksi.
  • Infeksi berulang pada anak adalah infeksi yang sering dialami oleh seorang anak khususnya infeksi saluran napas akut. Kondisi ini diakibatkan karena rendahnya kerentanan seseorang  terhadap terhadap terkenanya infeksi. Biasanya infeksi berulang ini dialami berbeda dalam kekerapan kekambuhan, berat ringan gejala, jenis penyakit yang timbul dan komplikasi yang diakibatkan. Gangguan ini sering terjadi pada penderita alergi dan pada penderita defisiensi imun, meskipun kasus yang terakhir tersebut relatif  jarang terjadi.
  • Gangguan defisiensi sistem kekebalan juga sering mengalami infeksi berulang, tetapi kasus ini sangat jarang terjadi.  Diantaranya adalah adanya gangguan beberapa tipe defisiensi sistem imun berupa defisiensi myeloperoxidase, Severe Combined Immunodeficiency Disease (SCID), Cystic fibrosis, defisiensi Ig A selektif, defisiensi komplemen C4b dan kelainan autoimun lainnya.

 

PENGERTIAN INFEKSI BERULANG

  • Dikatakan infeksi berulang pada anak bila infeksi sering dialami oleh seorang anak. Kondisi ini diakibatkan karena rendahnya kerentanan seseorang  terhadap terhadap terkenanya infeksi. Pada infeksi berulang ini terjadi yang berbeda dengan anak yang normal dalam hal kekerapan penyakit, berat ringan gejala, jenis penyakit yang timbul dan komplikasi yang diakibatkan.
  • Kekerapan penyakit adalah frekuensi terjadinya penyakit dalam periode tertentu. Pada infeksi berulang terjadi bila terjadi infeksi lebih dari 8 kali dalam setahun atau bila terjadi infeksi 1-2 kali tiap bulan selama 6 bulan berturut-turut. Penelitian yang telah dilakukan Cleveland Clinic Amerika Serikat, bahwa pada anak normal usia < 1 tahun rata-rata mengalami infeksi 6 kali pertahun, usia 1-5 tahun mengalami 7-8 kali pertahun, anak usia 5-12 tahun mengalami 5-7 kali pertahun dan anak usia 13-16 tahun mengalami 4-5 kali pertahun.

 

MANIFESTASI KLINIS

  • Demam sering sangat tinggi atau lebih  39oC. Dengan penyakit yang sama anak lain dengan infeksi mungkin hanya mengalami demam sekitar 38- 38,5oC.
  • Dalam keadaa tertentu penderita seringkali mengalami lekosit yang tinggi naik turun meskipun mengalami infeksi yang ringan (lekosit 17.000-23.000) dan dalam keadaan tidak infeksi (ehat) kadangkala lekosit menetap sekitar 15000 – 17.000.

Permasalahan yang dialami penderita infeksi berulang pada anak sering mengalami komplikasi

  • Tonsillitis kronis (amandel)
  • Nyeri telinga, otitis media (infeksi telinga)
  • Pembesaran kelenjar di sekitar leher
  • Hasil laboratorium Lekosit tinggi
  • Sering “overdiagnosis tifus” tidak mengalami pemnyakit tifus tetapi divonis tifus karena sering terkecoh hasil pemeriksaan widal yang tidak sensitif. pada infeksi berulang seringkali widal positif meski tidak menderita penyakit tifus.
  • Gagal tumbuh
  • Overtreatment (tindakan dan terapi berlebihan ) dengan antibiotika, tonsilektomi (operasi tonsil atau amandel
  • Overdiagnosis tuberculosis
  • Pnemoni
  • Mastoiditis
  • Sepsis
  • ensefalitis atau meningitis.
  • Gangguan perilaku sering menyertai penderita gangguan ini diantaranya adalah gangguan tidur, gangguan emosi, gangguan konsentrasi dan gangguan belajar. Problem sosial yang dihadapi adalah terjadi peningkatan biaya berobat yang sangat besar dan  mengganggu absensi sekolah.
  • Gangguan ini lebih sering terjadi pada usia anak, sehingga sangat mengganggu tumbuh dan berkembangnya anak.

 

MEKANISME PERTAHANAN TUBUH

  • Sistem kekebalan tubuh manusia diantaranya adalah kekebalan tubuh tidak spesifik. Disebut tidak spesifik karena sistem kekebalan tubuh ini ditujukan untuk menangkal masuknya segala macam zat  dari luar yang asing bagi tubuh dan dapat menimbulkan penyakit, seperti berbagai macam bakteri, virus, parasit atau zat-zat berbahaya bagi tubuh.
  • Sistem kekebalan yang tidak spesifik berupa pertahanan fisik, kimiawi, mekanik dan fagositosis.  Pertahanan fisik berupa kulit dan  selaput lender sedangkan  kimiawi berupa ensim dan keasaman lambung.  Pertahan mekanik adalah gerakan usus, rambut getar dan  selaput lender. Pertahanan  fagositosis adalah penelanan kuman/zat asing oleh sel darah putih dan zat komplemen yang berfungsi pada berbagai proses pemusnahan kuman atau zat asing. Kerusakan pada sistem pertahanan ini akan memudahkan masuknya kuman atau zat asing ke dalam tubuh. Misalnya, kulit luka, gangguan keasaman lambung, gangguan gerakan usus atau proses penelanan kuman atau zat asing oleh sel darah putih (sel leukosit).
  • Salah satu contoh kekebalan alami adalah mekanisme pemusnahan bakteri atau mikroorganisme lain yang mungkin terbawa masuk saat kita makan. HCl yang ada pada lambung akan mengganggu kerja enzim-enzim penting dalam mikroorganisme. Lisozim merupakan enzim yang sanggup mencerna dinding sel bakteri sehingga bakteri akan kehilangan kemampuannya menimbulkan penyakit dalam tubuh kita. Hilangnya dinding sel ini menyebabkan sel bekteri akan mati. Selain itu juga terdapat senyawa kimia yang dinamakan interferon yang dihasilkan oleh sel sebagai respon adanya serangan virus yang masuk tubuh. Interferon bekerja menghancurkan virus dengan menghambat perbanyakan virus dalam sel tubuh.
  • Dapat dikatakan bahwa mekanisme pertahanan tubuh hampir sebagian besar atau sekitar 70% dibentuk di saluran cerna. Penderita infeksi berulang sering mengalami saluran cerna yang sensitif hal ini juga sering terjadi 0ada penderita alergi.

FAKTOR PENYEBAB

  • Terdapat empat penyebab utama dari infeksi berulang pada anak, diantaranya adalah paparan dengan lingkungan, struktur dan anatomi organ tubuh, masalah sistem kekebalan tubuh (mekanisme system imun yang berlebihan (penderita alergi) atau kekurangan)   atau penyakit infeksi yang tidak pernah diobati dengan tuntas. Faktor genetik diduga ikut berperanan dalam gangguan ini. Pada genetik tertentu didapatkan perbedaan pada kerentanan terhadap infeksi. Anak laki-laki lebih sering mengalami gangguan ini. 
  • Faktor lingkungan seperti kontak dengan sumber infeksi sangat berpengaruh. Kelompok anak yang mengikuti sekolah prasekolah lebih sering mengalami infeksi 1,5-3 kali dibandingkan dengan anak yang tinggal di rumah. Perokok pasif kemungkinan dua kali lipat untuk terkena infeksi. Jumlah anggota keluarga dirumah meningkatkan terjadinya infeksi. Keluarga dengan jumlah 3 orang hanya didapatkan 4 kali infeksi pertahun sedangkan jumlah keluarga lebih dari 8 didapatkan lebih 8 kali infeksi pertahun. 

SERING DIALAMI PENDERITA ALERGI

  • Infeksi berulang sering dialami penderita gangguan mekanisme sistem kekebalan tubuh berupa ”overactive” sistem kekebalan (alergi) dan “underactive” sistem kekebalan (defisiensi imun). Adanya gangguan tersebut mengakibatkan adanya gangguan sistem imun yang berfungsi menghancurkan jamur, virus dan bakteri.
  • Penderita alergi terus meningkat tajam dalam beberapa tahun terahkir ini. Alergi dapat mengganggu semua organ atau sistem tubuh kita tanpa terkecuali. Berdasarkan mekanisme pertahan tubuh yang dijelaskan sebelumnya tampaknya gangguan saluran cerna dan asma sering mengganggu mekanisme pertahanan tubuh. Alergi makanan tampaknya ikut berperanan penting dalam dalam gangguan ini.

 

KARAKTERISTIK PENDERITA YANG BERESIKO TERJADI INFEKSI BERULANG

  • Mudah muntah,mual terutama saat di bawah usia 1 tahun. Usia bayi mengalami GER (Gastrooesephageal Refluks) Di atas usia 1 tahun biasanya mual ataumuntah saat naik mobil, batuk, menangis atau berlari.
  • Nyeri perut berulang, sering kembung
  • Penderita yang punya riwayat sesak, asma, hiperreaktifitas bronkus (napas sering grok-grok), atau penderita bila batuk sering dilakukan terap iinhalasi (diasap, diuap)
  • Penderita punya riwayat sulit Buang air besar
  • Bayi prematur
  • Bayi dengan riwayat TRDN (sesak sementara atau sesak  1-5 hari saat bayi baru lahir). Gangguan ini oleh beberapa klinisi sering dianggap karena tertelan air ketuban atau pnemoni kongenoital atau ketidak matangan paru padahal anak sudah cukup bulan (Ketidak matangan paru terjadi usia di bawah 35 tahun)
  • Pemberian ASI ekslusif seharusnya tidak mengalami infeksi pada bayi usia di bawah 6 bulan. Tetapi ternyata masih saja terdapat bayi dengan ASI ekslusif yang mengalami infeksi berulang. Penulis telah mengadakan penelitian terhadap 32 anak dengan ASI ekslusif yang mengalami infeksi berulang saat usia di bawah 6 bulan di Children Allergy Clinic Jakarta. Ternyata sebagian besar penderita mengalami gejala alergi dengan gangguan saluran cerna diantaranya, sering muntah (GER), buang air besar yang sering > 4 kali perhari dan konstipasi atau sulit buang air besar.
  • Lingkungan : dalam satu rumah terdapat seseorang yang sering mengalami pilek,batuk, nyeri tenggorokan atau riwayat seperti masuk angin berulang.

GANGGUAN SALURAN CERNA YANG MENYERTAI

  • Sariawan, mulut berbau,
  • Feses berbau dan berwarna gelap, hijau, bulat-bulat seperti kotoran kambing, pernah riwayat berak darah, dalam pemeriksaan feses rutin terdapat jamur atau bakteri nonpatologis
  • Nyeri perut berulang, mulut berbau,
  • Gigi rusak (caries0, gusi berdarah, sariawan, lidah kering dan sering berdarah
  • Lidah sering putih, berpulau-pulau atau kotor.
  • Gangguan saluran cerna ini kadang diikuti gagal tumbuh atau gangguan kenaikkan berat badan.
  • Gejala lain yang menyertai adalah sering batuk, pilek, asma, gangguan kulit, mimisan.
  • Keadaan ini ternyata juga sering kali disertai perilaku yang menyertai seperti anak sangat aktif, emosi tinggi, gangguan konsentrasi, agresif, gangguan tidur malam, ”ngompol” malam hari atu sering kencing.
  • Gangguan motorik dan koordinasi yang dialami adalah terlambat bolak-balik, duduk dan merangkak, sering terjatuh, terlambat berjalandan keterlambatan motorik lainnya. Sedangkan keterlambatan motorik mulut  adalah gangguan mengunyah dan menelan, atau keterlambatan dan gangguan bicara.

PENANGANAN

  • Bila daya tahan tubuh menurun tersebut terjadi pada pendeita alergi maka pengendalian gejala alergi khususnya gangguan saluran cerna harus diperbaiki. Untuk menangani gangguan alergi yang paling penting adalah mengenali dan menghindari penyebab alergi. Pada penderita alergi dengan gangguan saluran cerna penyebab yang paling sering adalah alergi makanan. Penentuan penyebab alergi makanan adalah bagian paling sulit dari penanganan alergi. Diagnosis alergi makanan dibuat berdasarkan diagnosis klinis, yaitu anamnesa (mengetahui riwayat penyakit penderita) dan pemeriksaan yang cermat tentang riwayat keluarga, riwayat pemberian makanan, tanda dan gejala alergi makanan sejak bayi dan dengan  eliminasi dan provokasi. Untuk memastikan makanan penyebab alergi harus menggunakan Provokasi makanan secara buta (Double Blind Placebo Control Food Chalenge = DBPCFC). DBPCFC adalah gold standard atau baku emas untuk mencari penyebab secara pasti alergi makanan. Cara DBPCFC tersebut sangat rumit dan membutuhkan waktu, tidak praktis  dan biaya yang tidak sedikit. Beberapa pusat layanan alergi anak melakukan modifikasi terhadap cara itu. Children Allergy Clinic Jakarta melakukan modifikasi dengan cara yang lebih sederhana, murah dan cukup efektif. Modifikasi DBPCFC tersebut dengan melakukan “Eliminasi Provokasi Makanan Terbuka Sederhana”.
  • Untuk mencegah terjadinya infeksi berulang kita harus mengidentifikasi penyebab dan faktor resiko. Bila pada anak kita mengalami gejala alergi mungkin penyebab utamanya adalah faktor alergi. Penanganan alergi yang terpenting adalah penghindaran penyebab alergi khususnya penghindaran makanan tertentu harus dilakukan. Pemberian ASI ekslusif harus memperhatikan pola makan ibu saat pemberian ASI.
  • Faktor resiko infeksi berulang adalah faktor lingkungan. Lingkungan yang harus diwaspadai adalah kontak terhadap paparan infeksi seperti anggota keluarga yang banyak, anggota keluarga yang juga mengalami infeksi berulang, perokok pasif, kolam renang, bepergian ke tempat umum yang padat pengunjung, sekolah terlalu dini dan  penitipan anak saat ibu bekerja.
  • Pemberian imunisasi terutama influenza dan imunomudulator tertentu mungkin membantu mengurangi resiko ini. Tetapi pemberian vitamin dengan kandungan bahan dan rasa seperti ikan laut, aroma jeruk atau coklat  mungkin akan memperparah  masalah yang sudah ada. Pemberian imunisasi dan imunomudulator seringkali tidak banyak bermanfaat bila faktor penyebab utama alergi tidak diperbaiki. Karena, banyak kasus meskipun sudah melakukan imunsasi influenza dan minum vitamin rutin tetapi tetap saja sering sakit.
  • Pemberian antibiotika pada infeksi berulang tampaknya tidak harus diberikan karena penyebab yang paling sering adalah karena infeksi virus. Rekomendasi dan kampanye penyuluhan ke orangtua dan dokter  yang telah dilakukan oleh kerjasama CDC (Centers for Disease Control and Prevention) dan AAP (American Academy of Pediatrics) memberikan pengertian yang benar tentang penggunaan antibiotika. Pilek, panas dan batuk adalah gejala dari Infeksi pernapasan atas yang sering disebabkan virus. Perubahan warna dahak dan ingus berubah menjadi kental kuning, berlendir dan kehijauan adalah merupakan perjalanan klinis Infeksi Saluran Napas Atas karena virus, bukan merupaklan indikasi antibiotika. Pemberian antibiotika tidak akan memperpendek perjalanan penyakit dan mencegah infeksi tumpangan bakteri  Sedangkan pemberian antibiotika mungkin diperlukan pada penderita infeksi berulang dengan gangguan defisiensi imun primer, dan kasus ini sangat jarang terjadi.

DAFTAR PUSTAKA

  • Wald ER, Guerra N, Byers C. Frequency and severity of infections in day care: three-year follow-up. J Pediatr 1991;118(4 (Pt 1)):509-14
  • Nafstad P, Hagen JA, Pie L, Magnus P, Jaakkola JJK. Day care centers and respiratory health. Pediatrics 1999;103:753-8
  • Heikkinen T, Ruuskanen O, Ziegler T, Waris M, Puhakka H. Short-term use of amoxicillin clavulanate during upper respiratory tract infection for prevention of acute otitis media. J Pediatr 1995;126:313-6
  • Uhari M, Kontiokari T, Koskela M, Niemelä M. Xylitol chewing gum in prevention of acute otitis media: double blind randomised trial. BMJ 1996;313:1180–4
  • American Academy of Pediatrics Committee on Infectious Diseases. Recommendations for Influenza Immunization of Children. Pediatrics 2004;113(5):1441-7
  • Straetemans M, Sanders EAM, Veenhoven RH, Schilder AGM, Damoiseaux RAMJ, Zielhuis GA. Pneumococcal vaccines for preventing otitis media. Cochrane Database Syst Rev. 2004;(1):CD001480
  • Palmu AA, Verho J, Jokinen J, Karma P, Kilpi TM. The seven-valent pneumococcal conjugate vaccine reduces tympanostomy tube placement in children. Ped Inf Dis J 2004;23(8):732-8. In: The Cochrane Central Register of Controlled Trials (CENTRAL) 2005, Issue 1.
  • Fahey T, Stocks N, Thomas T. Systematic review of the treatment of upper respiratory tract infection. Archives of Diseases in Childhood 1998;79:225–230 
  • Judarwanto W. Recurrent Infection in Infant under 6 months old with breastfeeding.
  • Morris P. Antibiotics for persistent nasal discharge (rhinosinusitis) in children. Cochrane Database Syst Rev. 2002;(3):CD001094
  • Yang KD, Hill HR. Neutrophil function disorders: pathophysiology, prevention, and therapy. J Pediatr 1991;119:343-54.
  • Wheeler JG, Steiner D. Evaluation of humoral responsiveness in children. Pediatr Infect Dis J 1992;11:304-10.
  • Fielding JE, Phenow KJ. Health effects of involuntary smoking. N Engl J Med 1988;319:1452-60.
  • Martinez FD, Wright AL, Taussig LM, Holberg CJ, Halonen M, Morgan WJ. Asthma and wheezing in the first six years of life. The Group Health Medical Associates. N Engl J Med 1995;332:133-8.
  • Boyce WT, Chesterman EA, Martin N, Folkman S, Cohen F, Wara D. Immunologic changes occurring at kindergarten entry predict respiratory illnesses after the Loma Prieta earthquake. J Dev Behav Pediatr 1993;14:296-303.
  • Conley ME, Stiehm ER. Immunodeficiency disorders: general considerations. In: Stiehm ER, ed. Immunologic disorders in infants and children. 4th ed. Philadelphia: Saunders, 1996:201-52.
  • Moss RB, Carmack MA, Esrig S. Deficiency of IgG4 in children: association of isolated IgG4 deficiency with recurrent respiratory tract infection. J Pediatr 1992;120:16-21.

 

Artikel Terkait :

Supported  by

dr Widodo judarwanto SpA, pediatrician
Children’s Allergy Center Online
Picky Eaters Clinic, Klinik Kesulitan makan Pada Anak

Office : JL Taman Bendungan Asahan 5  Jakarta Pusat  Phone : (021) 70081995 – 5703646email :  judarwanto@gmail.com, www.childrenallergyclinic.wordpress.com/  

Information on this web site is provided for informational purposes only and is not a substitute for professional medical advice. You should not use the information on this web site for diagnosing or treating a medical or health condition. You should carefully read all product packaging. If you have or suspect you have a medical problem, promptly contact your professional healthcare provider.  

  

  

  

Copyright © 2010, Children Allergy Center  Information Education Network. All rights reserved


Responses

  1. […] Mengapa Anakku dan Aku Sering sakit : DAYA TAHAN TUBUH MENURUN PADA PENDERITA ALERGI […]

  2. […] Penderita Alergi Sering Terkena Infeksi, Karena Daya Tahan Tubuh Menurun […]

  3. […] Penderita Alergi Sering Terkena Infeksi, Karena Daya Tahan Tubuh Menurun […]


Leave a comment

Categories